Peristiwa bentrok yang terjadi di Batam baru-baru ini telah mengejutkan banyak pihak, termasuk tokoh-tokoh masyarakat dari berbagai daerah di Indonesia. Dalam menghadapi kompleksitas konflik ini, seorang tokoh masyarakat dari Provinsi Riau telah mengirimkan surat kepada Mahfud MD, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan, sebagai upaya untuk menyampaikan keprihatinan dan pandangan dari sudut pandang regionalnya. Surat ini mencerminkan perasaan kekhawatiran mendalam mengenai stabilitas dan persatuan bangsa. Berikut isi surat dari tokoh masyarakat Riau kepada Mahfud MD;
Assalamu'alaikum Pak Menko, Prof DR. HM. Mahfud MD.
Saya Hj. Azlaini Agus, SH. MH dari Riau, mohon izin menyampaikan berita duka sbb :
Di Pulau Rempang ( Batam ) akan segera dibangun megaproject Rempang Eco City, dan oleh BP Batam sudah diterbitkan HPL 17.000 Ha kepada PT MEG kerjasama dengan investor Cina, untuk itu ada 16 kampung2 tua yang ada sejak 200- 300 tahun lalu akan digusur dan lebih dari 4.000 jiwa warga akan direlokasi ke tengah2 Pulau Galang.
Warga Pulau Rempang tidak menolak investasi, tetapi mereka menolak keras penggusuran dan relokasi dari kampung nenek moyang mereka.
Perlawanan warga sudah terjadi hampir 1 bulan terakhir. Warga menolak setiap petugas yang akan memasang patok di kampung mereka.
Kemaren (Kamis/7 September 2023) 1.000 orang personil POLRI, TNI- AL dan Satpol PP memaksa masuk ke Pulau Rempang untuk mengamankan pemasangan patok proyek tersebut. Terjadi konflik fisik antara ribuan warga yang berdiri di Jembatan IV ( satu2nya jalan darat masuk ke Pulau Rempang ) dengan aparat yang bersenjara lengkap. Aparat yang dikordinir oleh Kapolres Barelang memaksa masuk tanpa belas kasihan sama sekali memukul warga, dan menembakkan gas air mata. Sejumlah warga terpaksa dilarikan ke rumah sakit, dan sejumlah lainnya ditangkap dan ditahan di Polres Barelang.
Yth Pak Menko, warga hanya meminta agar kampung mereka tidak digusur, dan meminta mereka diizinkan tetap tinggal di kampung halaman nenek moyang mereka untuk meneruskan peradaban dan nilai-nilai kehidupan yang selama ratusan tahun melekat pada diri mereka.
Saudara-saudara kami Orang Melayu di Pulau Rempang sedang diambang kematian dan kemusnahan peradaban, diambang kematian kehidupan dan penghidupan mereka.
Hanya Allah Ta'ala yang dapat menyelamatkan mereka dari Angkara Murka ini. Saya menyusun jari sepuluh memohon kepada Pak Menko dengan kewenangan dan kekuasaan yang diamanahkan Allah, agar kiranya berkenan menyelamatkan 4.000 jiwa warga Pulau Rempang.
Saya mohon dengan sebesar-besarnya permohonan, dan berharap dengan setinggi-tingginya harapan. Insya Allah pertolongan Allah untuk warga Pulau Rempang akan turun melalui tangan Bapak.
Saya mohon maaf telah terpaksa mengganggu Prof.
Salam hormat saya selalu,
Hj. Azlaini Agus.